Senin, 18 September 2017

Jiwa Kompetitif VS Jiwa Pertemanan

Bagi kita para pelajar, pasti ada rasa kompetitif nya. Entah untuk mendapat nilai bagus, disenangi guru, ranking juga bagus, dibanggakan oleh orang tua, orang tua makin sayang atau berbagai alasan lainnya. Tapi kita juga gak bisa lupakan bahwa di sekolah juga kita memiliki teman, saling berbagi, saling menghormati, menyayangi.
            Kita gak bisa menutup kemungkinan, kita bisa aja mengkhianati teman, membohongi teman karena ingin nilai bagus, disayangi guru atau biasa kita sebut jiwa kompetitif, kadang jiwa kompetitif di nilai sebagai sifat pelit, pembohong, egois. Ya, aku sendiri mengakui hal itu. Aku memiliki teman yang jiwa pertemanannya lebih besar daripada jiwa kompetitifnya. Apapun yang dia dapatkan misalkan jawaban atau soal tahun lalu, dia selalu berbagi.
            Jujur dari aku sendiri, jiwa kompetitif lebih besar daripada jiwa pertemanan. Jika sudah menyangkut nilai, ulangan, tugas. Tiba-tiba sikap pelit itu datang dengan sendirinya, terlebih lagi aku pelit ke teman yang selalu berbagi itu. Kadang merasa jahat, kadang merasa egois. Tapi aku gak mau bohongin diriku. Kalau aku kasih tapi dari hati memang gak mau, aku gak akan kasih soal tahun lalu atau jawaban yang sudah ku dapat. Karena dalam pikiranku, buat apa memberi kalau tidak ikhlas.
            Di kelas atau mungkin di sekolah sekarang, notabene ku adalah juara kelas, jadi jiwa kompetitif yang melebihi jiwa pertemanan itu memungkinkan. Istilahnya “jika ulangan, tidak ada kata teman”. Semua adalah musuh, semua ingin jadi yang terbaik, semua ingin menjadi yang terhebat.
            Jika ingin bersaing, bersainglah dengan cara yang sehat, jika memang dari hati nggak ingin berbagi, lebih baik ikut kata hati. Jika memang di rasa temanmu itu punya jasa yang lebih ke kamu, lebih baik kamu membalasnya. Membalas kebaikan teman bukan hanya A dibalas A, tapi kita juga bisa membalasnya dengan cara lain. Entah menolong saat kesusahan, materi dia, mengajarkan pelajaran yang belum dimengerti di luar jam ulangan.
            Kesel kalau nilai teman lebih tinggi itu wajar, tapi kita jangan artikan itu sebagai saingan, tapi sebagai motivasi. Kalau dia bisa, kenapa aku enggak. Atau kalian berpikir setiap orang memiliki bakat masing-masing. Yap, semua orang memilikinya, hanya saja bakat itu tidak di uji dalam bentuk ulangan.

            Jadi jika memang kalian termasuk team jiwa kompetitif, jalankan jiwa kompetitif kalian dengan baik. Jangan mengorbankan pertemanan hanya untuk nilai. Bagi kalian yang termasuk team jiwa pertemanan, jalankan dengan baik juga, kalau kalian baik terhadap teman kalian, orang itu akan membalasnya juga, entah sekarang atau nanti, dengan balasan yang melimpah dari apa yang pernah kalian lakukan atau berikan ke orang itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar