Selasa, 31 Oktober 2017

Lika Liku Orang SKSD (Sok Kenal Sok Dekat)

Jadi aku ini sebenarnya orang introvert, salah satu kelebihanku (atau mungkin kekurangan) adalah SKSD (Sok Kenal Sok Dekat) dengan orang lain. Terkadang SKSD itu menguntungkan, kadang juga buat sakit hati. Aku punya 2 teman, teman yang 1 itu memang dia juga introvert tapi dia gak bisa SKSD, yang satunya lagi dia itu ekstrovert, dia bisa SKSD di saat saat tertentu.
Suatu ketika kita ini mau menyampaikan hadiah ke sahabat kami yang lain. Tapi dengan terpaksa kita harus melewati beberapa orang dulu, salah satunya adalah kakak dia. Karena gak ada yang berani chat dengan kakaknya, yaaaa terpaksa harus turun tangan sendiri. Ada sih perasaan kesel, kok bukan temanku yang lain untuk chat dengan kakaknya, harus gitu aku yang chat. Akhirnya dengan segala keberanian, aku yang chat dengan kakaknya (okee ini bertele-tele). Finally, kakaknya setuju untuk menyampaikan hadiah ke adiknya itu, karena adiknya lagi ada di kampungnya sedangkan kita ada di kota.
Dan yang baru aja terjadi, adalah hal negatif dari SKSD, jadi aku ini mempromosikan cerita wattpad dari temanku. Memang sih ini OVER SKSD, karena orang yang aku chat untuk mempromosikan cerita bener-bener orang asing. Dia gak kenal aku, aku juga gak kenal dia SAMA SEKALI. Dan kalian mungkin tau apa endingnya, dia bilang aku “GAK JELAS”. Ya meskipun aku SKSD begini, tetap aja jiwa introvert ku ada. Aku meminta maaf berkali kali sudah mengganggu. Itu semua aku lakukan untuk “teman”. Dia sampe sekarang gak tau klo wattpadnya aku promosikan, biarkan dia senang dulu, dan mudahan dia cepat update lagi dengan topic yang menarik. Ya, aku harap begitu.

Jadi bagi kalian yang SKSD, sebenarnya SKSD itu baik, tapi juga harus tau tempat (gak kayak aku). Ada saat nya kalian menerima keuntungan dari sikap kalian itu. Tapi juga kalian harus dapat menerima resikonya, dikatakan ‘aneh’ ‘gak jelas’ ‘sok kenal’ ‘anak siapa nih?’. Kalian juga harus tahan kesabaran kalau begitu, meminta maaf, dan menjelaskan alasan kalian untuk berbicara seperti itu.

Jumat, 06 Oktober 2017

Matematika, Susah atau Gampang?

Banyak banget yang bilang bahwa matematika itu sangat rumit, bahkan menjadi pelajaran yang dibenci oleh banyak pelajar. Namun aku tidak seperti itu, ketika semua berawal dari aljabar. Beberapa orang yang membenci matematika dimulai dari materi aljabar tersebut. Aku juga gak tau kenapa, tapi aku mengalami hal sebaliknya. Umumnya matematika menjadi tolak ukur kepintaran, biasanya orang yang pintar adalah orang yang nilai matematikanya tinggi. Aku ‘sedikit’ setuju dengan hal itu. Matematika menjadi dasar dari semua pelajaran, jika tidak ada matematika, akan susah untuk mengerjakan soal dari pelajaran yang lain. Bagian yang aku tidak setuju adalah ‘nilai’ matematika tidak menjadi tolak ukur kepintaran, karena bisa saja nilai itu berasal dari contekan.
            Jadi, ceritanya, pada saat aku masih duduk di bangku 2 SMP. Kita ada ulangan matematika dengan materi aljabar, tapi pada saat itu guruku lagi marah. Jadi ulangan kita dibuat 5 soal essay, dan kalian tau? Semua soal itu beranak dan total semuanya adalah 16 soal. Aku juga agak kaget. Pada saat SMP aku gak pernah mendapat peringkat satu, jadi selalu memutar di peringkat 2 dan 3 sampai pernah ke peringkat 5.
Kembali pada topik ulangan, aku pada saat itu berpikir bahwa temanku yang peringkat satu itu bisa mengerjakan soal nya dalam waktu 1 jam. Sampai-sampai aku selalu berpikir sambil mengerjakan ulangan “aduh, pasti dia bisa mengerjakan ini selesai semua, aku gak mau remidi”. Begitu kataku dalam hati sambil mengerjakan dengan cepat.
Ternyata eh ternyata, dengan aku yang berpikiran seperti itu, hanya aku yang selesai mengerjakan semuanya. Bahkan masih ada sisa waktu 20 menit. Mungkin pembaca melihat aku terlalu sombong. (mohon dimaafkan). Dan hanya aku yang tidak remidi. Tapi dunia tak berpihak kepadaku, tetap aja sekelasan kena (remidi), dan aku ikut kerjakan soal nya lagi. Dan tau apa yang membuat aku bisa tidak remidi seperti itu dan bisa mengerjakan soal dengan cepat? Karena mengajar seseorang, bahkan aku mengulang mengajarkan ke beberapa orang dengan nomor yang sama, sampai dari yang lupa cara, jadi hapal di luar kepala.
Mengajar sebenarnya susah, apalagi mereka yang susah mengerti. Tapi kalian sendiri juga mendapat manfaatnya. Sejak saat itu, aku jadi suka matematika, mengajarkan orang lain, membagi ilmu. Kadang sampai kesal sendiri karena yang diajarin kurang mengerti, tapi tetap harus sabar. Aku sempat berpikir untuk menjadi guru matematika. Dilema mulai muncul. Pelajaran matematika tidak semudah yang kubayangkan tetapi juga tidak sesulit yang kubayangkan. Seakan aku ingin menyerah, disisi lain, orang tuaku tidak mengizinkan menjadi guru matematika dan menyuruh untuk masuk ke dunia perkantoran.
Aku tidak terlalu keberatan dengan hal itu, tapi bagaimana pandangan teman terhadap aku yang selama ini dikenal jagoan matematika dan notabene-nya murid jurusan IPA. Kerja di bidang IPS yaitu ekonomi. Ya sudah itu terserah mereka, aku gak akan tau masa depan apa pandangan mereka nanti.
Kembali ke topik, menurutku matematika itu tidak sulit tapi juga tidak mudah. Tergantung bagaimana kita menyikapinya, dan tergantung bagaimana guru yang mengajarnya. Ada tips dari aku yang mungkin bermanfaat agar dapat menganggap matematika itu mudah atau bisa dibilang sedikit lebih mudah.
Tips nya adalah bertanya dengan teman atau guru, banyak mengerjakan latihan soal, pelajari rumus rumus, mengajar teman yang kurang mengerti (jika kalian sudah memiliki dasar materi yang dipelajari) dan menghapal tabel perkalian 1-10 (sebagai dasar matematika).
Ada juga nih satu hal yang membuat aku jadi senang mempelajari matematika, yaitu dengan mengetahui pasangan angka yang jika dijumlahkan hasilnya 10. Ini sangat membantu dalam pengurangan. Misalnya seperti ini :
1 + 9 = 10
1 adalah pasangan 9
2 + 8 = 10
2 adalah pasangan 8
3 + 7 = 10
3 adalah pasangan 7
4 + 6 = 10
4 adalah pasangan 6
5 + 5 = 10
5 adalah pasangan 5

            Itu adalah tips kecil dari aku, jadi kalian tak usah berpikir panjang untuk mengurangkan angka, maaf jika ada kata kata yang kurang berkenan. Dan maaf jika terlalu sombong atau semacamnya, selamat belajar. Dan jadilah murid berprestasi. Semangat.

Senin, 25 September 2017

Cinta Anak SMA

Banyak banget yang bilang, masa SMA adalah masa yang paling bahagia. Ada yang setuju dan pastinya ada juga yang tidak. Di saat kita bisa bercanda tawa dengan teman, menginjak usia 17 tahun, atau mungkin ngolokin guru, masa dimana kita lagi bandel-bandel nya. Yang gak bisa lepas dari itu adalah cinta anak SMA.
            Banyak teman aku yang pacaran di SMA, aku termasuk orang yang berpikir dewasa kedepannya mau kayak gimana, jadi lebih fokus ke pelajaran, ada rasa ingin pacaran, tapi semua itu di kesampingkan, entah karena gak ada yang cocok atau kepribadianku yang kurang mendukung untuk berpacaran alias serius.
            Aku mau ceritakan beberapa kisah pacaran dari beberapa pasang temanku, pasangan pertama, menurutku mereka cocok, yang cowoknya benar-benar menyenangkan, konyol, tapi tidak mengganggu, dia juga termasuk bertanggung jawab, tapi aku gak ada perasaan lebih sih ke dia, menyenangkan aja sebagai teman. Dan ceweknya itu benar-benar perhatian ke dia, bisa menerima kekonyolan dia, cantik juga, ramah. Pokoknya mereka pasangan yang serasi, semoga langgeng ya sampai nikah nanti (pemikiran anak SMA).
            Pasangan ke2 yang ingin aku ceritain ini, adalah inti dari sharing kita hari ini. Mereka ini pasangannya masih kekanak-kanakan. Yang cowoknya ini gamers, bukan berarti aku bilang bahwa gamers ini kekanak-kanakan, di sisi pertama, cowok ini bener bener kayak mentingin main daripada cewek yang dia suka, pada kelas 10 dia masih kejar kejar cewek ini, dan ceweknya masih ragu. Tapi pada saat kelas 11, ceweknya sudah yakin dengan perasaannya, tapi di saat dia sudah yakin, cowoknya malah mentingin main.
            Pertama dengar cerita dari pasangan ke2 ini, aku benar benar berpikir “kayak anak SD aja, karena si cowok main aja, dianggap gak dipedulikan, ceweknya kurang pengertian, dan cowoknya gak peka”. Tau gak sih kata kata yang paling ngeselin dalam hubungan pasangan tu apa? Ya benar ‘gak peka’. Kadang cewek pengen di ngertiin tapi mereka sendiri gak terlalu bisa ngasih kode.
            Sekarang sih hubungan pasangan kedua masih lanjut, semoga kedepannya mereka masih saling ngerti deh. Jangan kayak anak SD gitu, Cuma karena main, terlalu dianggap serius, cowoknya juga harus tau karakter ceweknya kayak gimana, supaya saling mengerti.
            Ya sekarang kalian tau, betapa gak jelasnya cerita ini. Yang pasti sih, aku juga murid SMA, tapi lebih baik kita sebagai murid, tugasnya belajar, boleh pacaran tapi jangan sampai pacaran itu menghentikan atau menghambat prestasi kalian, jangan selesaikan suatu masalah dengan kemarahan. Bagi cewek, jika memang ada kejanggalan ngomong aja, kalau emang merasa bahwa mengatakan alasannya dianggap kekanakan oleh pasangan sendiri, lebih baik pendam untuk sementara, dan liat perilakunya kedepan, maka kalian gak akan hancurin hubungan kalian karena masalah kecil.

Note : Maafkan jika ada kata menyinggung hati. Salam Jomblo.

Senin, 18 September 2017

Jiwa Kompetitif VS Jiwa Pertemanan

Bagi kita para pelajar, pasti ada rasa kompetitif nya. Entah untuk mendapat nilai bagus, disenangi guru, ranking juga bagus, dibanggakan oleh orang tua, orang tua makin sayang atau berbagai alasan lainnya. Tapi kita juga gak bisa lupakan bahwa di sekolah juga kita memiliki teman, saling berbagi, saling menghormati, menyayangi.
            Kita gak bisa menutup kemungkinan, kita bisa aja mengkhianati teman, membohongi teman karena ingin nilai bagus, disayangi guru atau biasa kita sebut jiwa kompetitif, kadang jiwa kompetitif di nilai sebagai sifat pelit, pembohong, egois. Ya, aku sendiri mengakui hal itu. Aku memiliki teman yang jiwa pertemanannya lebih besar daripada jiwa kompetitifnya. Apapun yang dia dapatkan misalkan jawaban atau soal tahun lalu, dia selalu berbagi.
            Jujur dari aku sendiri, jiwa kompetitif lebih besar daripada jiwa pertemanan. Jika sudah menyangkut nilai, ulangan, tugas. Tiba-tiba sikap pelit itu datang dengan sendirinya, terlebih lagi aku pelit ke teman yang selalu berbagi itu. Kadang merasa jahat, kadang merasa egois. Tapi aku gak mau bohongin diriku. Kalau aku kasih tapi dari hati memang gak mau, aku gak akan kasih soal tahun lalu atau jawaban yang sudah ku dapat. Karena dalam pikiranku, buat apa memberi kalau tidak ikhlas.
            Di kelas atau mungkin di sekolah sekarang, notabene ku adalah juara kelas, jadi jiwa kompetitif yang melebihi jiwa pertemanan itu memungkinkan. Istilahnya “jika ulangan, tidak ada kata teman”. Semua adalah musuh, semua ingin jadi yang terbaik, semua ingin menjadi yang terhebat.
            Jika ingin bersaing, bersainglah dengan cara yang sehat, jika memang dari hati nggak ingin berbagi, lebih baik ikut kata hati. Jika memang di rasa temanmu itu punya jasa yang lebih ke kamu, lebih baik kamu membalasnya. Membalas kebaikan teman bukan hanya A dibalas A, tapi kita juga bisa membalasnya dengan cara lain. Entah menolong saat kesusahan, materi dia, mengajarkan pelajaran yang belum dimengerti di luar jam ulangan.
            Kesel kalau nilai teman lebih tinggi itu wajar, tapi kita jangan artikan itu sebagai saingan, tapi sebagai motivasi. Kalau dia bisa, kenapa aku enggak. Atau kalian berpikir setiap orang memiliki bakat masing-masing. Yap, semua orang memilikinya, hanya saja bakat itu tidak di uji dalam bentuk ulangan.

            Jadi jika memang kalian termasuk team jiwa kompetitif, jalankan jiwa kompetitif kalian dengan baik. Jangan mengorbankan pertemanan hanya untuk nilai. Bagi kalian yang termasuk team jiwa pertemanan, jalankan dengan baik juga, kalau kalian baik terhadap teman kalian, orang itu akan membalasnya juga, entah sekarang atau nanti, dengan balasan yang melimpah dari apa yang pernah kalian lakukan atau berikan ke orang itu.

Jumat, 15 September 2017

Pengalaman Menjadi Bendahara Kelas

Ada gak yang pernah menjadi bendahara kelas? Aku disini mau share rasanya jadi bendahara kelas itu kayak gimana.
Sebenernya sih susah susah gampang. Apalagi kalau jadi bendahara 1 kali dan dipercaya orang lain, pasti ditunjuk lagi jadi bendahara di tahun selanjutnya. Meskipun kita rasanya mau berhenti dari jabatan itu. Agak muak sih, apalagi saat teman-teman nunggak dan kata yang sering di dengar sama bendahara saat tagih uang kas pasti “BESOK”. Kata yang sudah melegenda didengar oleh bendahara.
Apalagi di kelasku itu, semua pengurus kelasnya banyak yang gak bisa diandalin, ketua kelas lari sana lari sini, wakil ketua kelas gak mau jalanin tugas dengan baik. Seksi kebersihan harus diingetin terus tugas tugasnya. Seksi keamanan juga abal abal.
Sebenarnya aku mau memberi tau, bahwa bendahara gak susah jika di jalankan dengan senang hati. Mungkin banyak yang berpikiran sebelum menjadi bendahara bahwa “ah jika menjadi bendahara aku akan mengambil uang uang mereka yang sudah dikumpulkan sedikit demi sedikit supaya gak ketahuan”. Jujur secara tidak sadar mungkin aku pernah memikirkan itu sebelum menjadi bendahara.
Tapi percayalah, ketika kamu sudah menjadi bendahara, kamu akan tau bagaimana bertanggungjawab dengan uang dari teman-teman, sebesar besarnya rasa kamu ingin mencuri, akan lebih besar rasa tanggung jawabnya. Capek? Iya capek, mikirin pengeluaran, mikirin pemasukan, menghitung, uang kurang dari data yang sudah ada, nombokin uang teman.
Well, selama menjadi bendahara aku pernah nombokin uang yang kurang, tapi sekarang aku agak bersikap yang kurang memperhatikan kesesuaian data dengan uang yang ada. Yang penting di dalam diriku, aku bersikap jujur, gak ada keinginan untuk mencuri. Selama tidak ada yang janggal dari data pengeluaran yang sudah di catat.
Mungkin juga ada yang mau tau bagaimana menjadi bendahara kelas yang baik. Kalau dari aku sendiri, bendahara yang baik itu adalah bendahara yang jujur pada diri sendiri, bisa membagi waktu antara belajar dan mengurus keuangan kelas, bendahara yang tidak mudah mengeluh, ada juga yang jadi bendahara dengan sikapnya sendiri, ada yang tegas dan juga ada yang woles. Aku sendiri termasuk bendahara yang woles, tapi bagai air tenang menghanyutkan. Ga banyak ngomong, tapi kalau ada masalah selalu di diskusikan dengan teman sekelas atau guru, melapor secara diam-diam jika ada masalah keuangan kepada guru.
Oh iya, jadi bendahara itu bukan berarti keuangan hanya tanggung jawab kalian, tapi tanggung jawab bersama, jadi kalau ada pengeluaran itu bukan diselesaikan sendiri, tapi di diskusikan juga dengan teman teman yang memiliki hak atas uang kas itu.
Ada juga masalah “meminjam uang”, aku termasuk tipe orang yang mengizinkan teman untuk meminjam uang. Tapi perlu di ingat, kita perlu tau alasan dari peminjaman uang tersebut. Kalau kalian merasa gak enak pada saat gak mau pinjamkan ke teman, lebih baik kalian bilang ke orang tersebut seperti “coba tanya dulu ke ketua kelas”,”aku tanya ke wali kelas katanya ga boleh pinjamin uang kas”. Dengan kata lain kita meminjam jabatan orang lain sebagai alasan.
Sebelum aku menutup sharing ini, aku perlu mengingatkan ‘sekali lagi’ bendahara juga harus membayar kas tepat waktu, tidak memanipulasi data kas kelas, dan harus memiliki kejujuran serta tanggung jawab yang tinggi. Kalau tidak sekarang, kapan lagi.


Note : jika ada yang ngeyel gak mau bayar uang kas, sebaiknya daftarkan tunggakan dia berapa ribu, print, dan tempel di mading, lemari atau tempat yang mudah dilihat di kelas, apalagi dilihat guru, supaya malu sendiri